Personal Branding melalui Profile di Medsos

Perkembangan zaman membuat segala sesuatu menjadi lebih mobile. Jika dulu jarak seakan menjadi pemisah satu dengan lain, dengan adanya inovasi teknologi membuat seakan tidak ada tembok antar benua sekalipun.
Informasi bisa dengan mudah di dapat, di bagi dan dikembangkan. Dari desa hingga ke kota metropolitan.
Sejalan dengan itu, perkembangan komunitas sosial yang disebut juga jejaring sosial pun ikut ter-inovasi. Banyak penawaran media sosial yang bisa kita pilih, dari yang berbayar sampai yang all in free alias gratisan.
Sebut saja Facebook, Twitter, Skype, Foursquare, Youtube, Instagram dan yang lainnya. Mereka adalah buah karya dari semakin digandrungi-nya media sosial. Banyak yang memanfaatkannya sebagai sarana mencari informasi yang cepat dan kredibel. Mulai dari informasi kesehatan, lowongan pekerjaan, informasi perjodohan [mencari jodoh atau hanya kenalan] bahkan mencari orang hilang [dibaca : teman lama yang putus komunikasi].
Tidak jarang melihat user media sosial sesekali tertawa atau senang saat di smartphone ada notifikasi bahwa teman atau bahkan gebetan mengomentari status atau foto yang baru di posting. Tidak perduli itu di bus, di angkutan kota atau sedang sendiri di kamar. Saat jenuh di kantor pun, seperti obat antibosan yang perlu dikonsumsi dengan membuka halaman facebook atau twitter, dan akhirnya mencuri waktu beberapa menit untuk sekedar berselancar ria di dunia maya.
Seperti sudah menjadi kodrat, setiap hal di dunia ini memiliki dua sisi seperti koin. Ada yang bersifat membangun ada juga yang bersifat merusak. Begitu juga dengan media sosial. Dengan disederhanakannya penggunaan Youtube, banyak dari kita yang bisa menyalurkan bakat atau tidak dengan sengaja mengunduh video yang menunjukkan kebolehan kita di bidang tertentu. Selain di tonton banyak user, peluang untuk menjadi dikenal pun terbentang luas. Syukur – syukur ada yang melirik dan tertarik dengan video itu. Hadiahnya? Bisa menandatangani kontrak yang dibayar dengan rupiah dalam jumlah yang tidak sedikit. Wow. Sejalan dengan itu, ada saja user yang nakal dan menyalahgunakan untuk mencari sensasi yang memang bertujuan untuk menyedot perhatian publik.
Sebagai pengguna media sosial, tentu ada saat dimana seseorang ingin menjadi Role Model, atau setidaknya menjadi eksis. Tak ingin kalah dengan status user lain yang bergonta ganti gadget terbaru, yang travelling ke berbagai tempat, yang selalu update dengan fashion atau yang selalu punya budget lebih untuk mencoba resto  atau butik baru. Kecenderungan itu kadang membuat lupa diri. Ingin eksis dengan cara maksa atau ingin menumpahkan semua kekesalan dengan sebuah status. Konsekuensinya? Akan ada pihak yang tersinggung, perang status pun tak terelakkan, ya syukur – syukur tidak sampai ke tindakan hukum, pencemaran nama baik, pengancaman, atau yang lainnya. Kadang, ada pepatah bijak yang berlaku di media sosial, yakni status-mu harimau-mu. Setuju tidak setuju, mau tidak mau, pernyataan itu memang benar. Secara tidak sadar, kita sudah menciptakan brand, merk atau apalah namanya. Kita menciptakan image pribadi kita di dunia maya. Setiap status yang di ketik itu menggambarkan kondisi atau karakter user. Tinggal pilih saja, mau di cap sebagai komentator, dokter, plagiator, follower, politikus, photografer atau sang guru yang selalu membagi sesuatu yang bermanfaat.
Banyak yang sudah mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan media sosial sebagai lahan basah untuk mengkais rupiah. Dengan memampangkan produk dan memberi informasi detail mengenai produk tersebut serta mencantumkan contact person maka dengan mudah produk tersebut dilihat ribuan orang dan mempermudah kita memasarkannya. Begitu juga dengan aktivitas yang kita izinkan terlihat di media sosial, merupakan personal branding yang akan secara otomatis di cap oleh user lainnya. Ya, jika memang kita ingin membandrol personal branding yang positif dan unique, mulai saat ini, benahi akun kita di media sosial, bagikan hal yang bisa membantu user lain.
Tidak perlu dimulai dari yang besar, hal sederhana pun bisa menjadi good monster. Jika kamu memang senang menjadi motivator, maka sebagai status, kamu bisa menuliskan kalimat motivasi. Atau jika kamu senang dunia fashion stylish, kamu bisa membagikan tips cara mix and match sesuai dengan thema acara atau bentuk badan user. Menjadi komedian dengan membuat content menghibur juga ide apik, tinggal memilih genre dan range usia penikmat karya mu. Bahkan jika anda senang membidik berbagai objek dengan kamera kamu, maka tidak ada salahnya meng-upload hasil karya disertai info berbagai tempat atau angle yang keren. Hal ini tentu bisa menambah value kamu, bahkan bisa menjadikan kamu lebih ahli lagi di bidang tersebut. Nah, siapa bilang jadi komentator itu negatif? Jika memang punya talent disini, maka lemparkan komentar dengan mengemasnya se-elegan mungkin. Tidak harus dengan kalimat kasar atau terlalu memperlihatkan pro atau kontra dengan pihak tertentu. Wawasan dan komentar kamu tentu akan banyak di tunggu user lain.
Well
Semua tentu dengan porsi yang pas. Tidak perlu dilebih – lebihkan atau dikurangi untuk mencari popularitas. Dengan prestasi, kamu akan terus “di buruh” dan user lain tidak sabar menunggu sesuatu dari kamu. Profile atau beranda media sosial anda akan selalu di kunjungi oleh mereka yang haus ilmu dari content kamu.
So, pilih mana? Sensasi atau Prestasi? Itu tergantung kamu karena kamu punya hak untuk membuat packaging akun pribadi semenarik mungkin.
Tulisan ini copy paste dari blog saya terdahulu yang "hilang" karena lupa password dan email yang terdaftar.
Selanjutnya, saya akan mengulas tentang tips dan trick meminimalkan kerugian buat kamu yang doyan lupa seperti saya. Ups !
Original Posted on Sep 23, 2012 by Serta's Blog

Tidak ada komentar:

Posting Komentar